Pages

Tampilkan postingan dengan label tempat wisata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tempat wisata. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Oktober 2014

Legenda Rawa Pening



Rawa Pening merupakan sebuah danau di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Danau ini tepatnya berada di cekungan antara Gunung Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Danau ini terletak di sekitar Salatiga serta Ambarawa. Luasnya sekitar 2.6 Ha. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sana menggantungkan hidup di danau ini. Ada yang membuka keramba ikan, atau memanfaatkan keindahan danau sebagai tempat wisata, ada pula tempat wisata rawa pening yang bisa dipakai untuk berenang.


Menurut Legenda, Rawa Pening terbentuk dari sebuah mata air kecil yang muncul dari sebuah titik dari batang lidi yang ditancapkan di tanah. Tersebutlah seorang anak kecil bernama Baru Klinting yang merupakan anak dari Ki Hajar serta Nyai Selakanta. Setelah bertahun-tahun tidak dikaruniai anak, Nyai Selakanta pun hamil dan memiliki seorang anak berwujud Naga yang kemudian diberi nama Baru Klinting. Dengan wujudnya seperti itu, Baru Klinting pun menemui Ki Hajar yang tengah bertapa. Awalnya, Ki Hajar ragu mengenai status Baru Klinting sebagai anaknya, tetapi setelah Baru Klinting menunjukkan ‘pusaka’ Baru Klinting, barulah Ki Hajar percaya. Untuk menguatkan keyakinannya, Ki Hajar meminta agar Baru Klinting mengelilingi Telomoyo.

Singkat cerita, Baru Klinting berhasil melingkari Gunung Telomoyo. Kemudian, Ki Hajar pun memerintahkan Baru Klinting untuk bertapa di Bukit Tugur untuk mendapatkan tubuh manusia. Di sinilah, kemudian terjadilah peristiwa tersebut. Tersebutlah sebuah desa yang ada di sekitar bukit Tugur tengah mengadakan bersih desa yang membuat penduduk tersebut membutuhkan buruan supaya bisa dimasak menjadi makanan enak. Setelah seharian berburu dan tidak mendapatkan apa pun, mereka pun menemukan seekor Naga yang tak lain adalah Baru Klinting. 

Orang-orang itu pun membunuh Baru Klinting dan memasak dagingnya. Kemudian setelah itu, seorang anak kecil yang merupakan perwujudan dari Baru Klinting pun muncul di desa tersebut untuk meminta sedikit sedekah dari penduduk di sekitar sana. Namun, bukannya memberi, mereka malah tidak memedulikannya. Dengan keangkuhan watak dan kesombongan mereka, Baru Klinting pun menantang penduduk desa untuk mencabut sebuah lidi yang ia tancapkan di tanah, tapi tak ada yang mampu. Kemudian, ia sendiri yang mencabutnya hingga sebuah banjir besar datang. Dalam peristiwa tersebut, Baru Klinting pun selamat bersama seorang Nenek Tua yang ia selamatkan. Akhirnya, Baru Klinting pun berubah kembali menjadi Naga dan menjaga Rawa Pening.

Legenda kurang lebih mengatakan demikian. Sampai sekarang, Rawa Pening masih terlihat biru dan luas. Keadaannya pun sejuk, karena daratan itu terletak di dekat gunung. Siapa pun yang ke sana pasti tidak akan menyesal pernah datang ke Rawa Pening.

Garang Asem dan Pindang Kerbau

Kudus, kota jenang, terkenal pula dengan makanan olahannya yang terbuat dari daging kerbau. Hal itu tak bisa lepas dari sejarah penyebaran agama Islam di Kudus sendiri. Yang mana, pada waktu itu, ketika Sunan Kudus menyebarkan agama Islam di tanah kudus, beliau melarang bagi umat islam di sana untuk menyembelih sapi. Hal itu tak lain untuk menjaga perasaan masyarakat hindu yang hidup berdampingan dengan kaum muslim. Akhirnya, jadilah kerbau yang disembelih oleh kaum muslimin pada waktu itu. Salah satu contoh olahan dari daging kerbau ini adalah pindang maupun soto kerbau.




Kita tahu sendiri, kerbau merupakan binatang pekerja yang di masa itu dimanfaatkan untuk membajak sawah. Bisa dibayangkan bagaimana alotnya daging kerbau ini kalau dimakan, kan? Namun nyatanya, bila diolah dan dimasak secara khusus, daging kerbau pun akan jadi empuk dan enak dimakan, seperti daging sapi. Sepiring pindang kerbau di sini enak dan sedap dimakan. Harganya pun bisa dibilang murah. Jangan sungkan untuk mencicipi enaknya pindang atau soto kerbau ketika berkunjung ke kota kudus.


Selain pindang kerbaunya, di Kudus pun ada kuliner lainnya yang bernama Garang Asem. Apa itu Garang Asem? Sejenis makanan yang terbuat dari ayam atau daging dan bumbu-bumbu yang dimasak dengan cara dikukus dengan memakai daun pisang sebagai pembungkusnya. Garang Asem sangat segar dan nikmat. Bumbu-bumbunya ada yang dibuat dengan ditumbuk, ada juga yang diiris-iris dan sangat banyak. Sedangkan untuk garang asem yang pernah saya coba di Kudus, bumbunya dipotong-potong dan sangat banyak. Bau makanan ini pun harum dengan kuah santan yang encer.


Makanan ini sangat nikmat bersama nasi hangat. Rasa segar maupun gurihnya. Satu bungkus garang asem berisi beberapa potong bagian ayam, jadi kemungkinan besar gak akan habis dimakan satu orang.

(Foto diambil dari berbagai sumber)

Rabu, 15 Oktober 2014

Telaga Sarangan



Magetan terkenal dengan tempat wisatanya yaitu telaga sarangan. Menurut penduduk sekitar sarangan, telaga sarangan juga sering disebut sebagai telaga pasir, karena tempat itu dipercaya sebagai tempat tinggal kyai dan nyai pasir. Dipercaya, pulau yang ada di tengah telaga tersebut adalah tempat bersemayamnya roh leluhur pencipta Telaga Sarangan, yaitu Kyai Pasir dan Nyai pasir.

Menurut legenda, telaga serangan terbentuk karena tindakan kyai dan nyai pasir ini. Kedua pasangan itu bertahun-tahun hidup berdampingan tetapi belum dikaruniai seorang anak. Lalu untuk mendapatkan keturunan, Kyai dan Nyai Pasir bersemedi dan memohon kepada Sang Hyang Widhi. Setelah mereka melakukan semedinya itu akhirmya mereka pun mendapatkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Joko Lelung. Agar keluarga itu bisa mencukupi kebutuhan hidupnya, sehari-hari mereka bercocok tanam dan berburu. Karena menurut mereka pekerjaan yang di kerjakan itu sangatlah berat, maka pasangan ini memutuskan untuk bersemedi lagi untuk memohon kesehatan dan panjang umur kepada Sang Hyang Widhi.

Dalam semedinya kali itu, pasangan suami tersebut mendapatkan wasiat agar keinginannya bisa terwujud, pasangan ini harus dapat menemukan dan memakan telur yang ada di dekat ladang mereka. Akhirnya pasangan suami istri itu berhasil menemukan telur itu dan langsung di bawa pulang dan memasaknya. Lalu telur yang sudah matang itu dibagi untuk keduanya. setelah memakannya pasangan itu merasakan panas dan gatal di seluruh tubuhnya setelah ia pergi ke ladangnya. Pasangan suami itu terus menggaruk tubuhnya yang terasa gatal hingga menimbulkan luka lecet di seluruh tubuh mereka.

Lama kelamaan keduanya berubah menjadi ular naga yang sangat besar. Lalu kedua ular tersebut berguling-guling di pasir sehingga menimbulkan cekungan yang kemudian mengeluarkan air yang sangat deras dan menggenamgi cekungan yang di buat oleh ular naga tersebut. Akhirnya pasangan tersebut menyadari kemampuan yang mereka miliki, mereka berniat untuk membuat cekungan yang banyak untuk menenggelamkan Gunung Lawu. Mengetahui kedua orang tuanya tiba-tiba berubah menjadi naga dan memiliki niat yang buruk, maka anaknya yaitu Joko Lelung pun juga bersemedi memohon agar niat kedua orang tuanya tersebut dapat digagalkan, dan semedi Joko Lelung pun diterima oleh Hyang Widhi. Saat keduan orang tuanya sedang berguling-guling membuat cekungan baru, lalu timbul wahyu kesadaran agar Kyai dan Nyai Pasir mengurungkan niat mereka untuk menenggelamkan Gunung Lawu.

Seperti itulah cerita singkat mengenai telaga sarangan. Selain telaga sarangan, kabupaten magetan sebenarnya juga memiliki tempat wisata lainnya seperti air terjun tirtasari, telaga wahyu, pemandian dewi sri, bumi perkemahan mojosemi, air terjun watu ondo, argo dumilah, air terjun jarakan, candi reog, candi simbatan, taman ria maospati, dan lain-lain.

Kamis, 09 Oktober 2014

Nasi Megono


Pekalongan sangat terkenal dengan nasi megononya. Nasi Megono sendiri itu apa sih? Sebenarnya sederhana, Nasio megono merupakan nasi yang diberi taburan nangka muda rebus yang telah diurapi dengan parutan kelapa serta bumbu-bumbunya. Megono berasal dari kata ‘mergo’ atau sebab dan ‘ono’, artinya ada.  

Bahan dasar nasi megono adalah nangka muda dan kelapa. Jika nangka sulit dapat, biasanya digunakan rebung sebagai penggantinya. Nangka muda dicacah hingga kecil-kecil kemudian direbus. Setelah matang dicampur dengan bumbu urap yang terdiri dari parutan kelapa dan bumbu dapur yang dihaluskan seperti bawang putih, bawang merah, cabe, jeruk purut, kencur dan garam. Menghidangkannya cukup sederhana, yaitu nasi putih langsung diberi taburan megono. Dulunya, sebelum nasi megono populer, makanan ini hanya bisa ditemukan di warung-warung makan kelas menengah ke bawah di sepanjang pekalongan hingga batang.


Selain Nasi Megono terdapat juga pindang tetel. Pindang tetel merupakan sayur berkuah berisi tetelan daging sapi dan irisan daun bawang dengan bumbu pindang, yaitu rempah-rempah bercampur kluwak. Makanan ini biasanya disajikan dengan kerupuk pasir, yaitu kerupuk yang digoreng dengan pasri. Jika disajikan dengan kerupuk yang digoreng dengan minyak, dikhawatirkan akan merusak cita rasa dari pindang tetel ini.

Kemudian, ada lagi soto berbumbu tauco, namanya kalau tidak salah tauto. Soto asal Pekalongan yang satu ini menggunakan tauco manis sebagai bumbu dengan isian daging sandung lamur, telur rebus, dan tak lupa emping. Penyajian tauto seperti soto-soto kebanyakan, nasi dengan bihun, daun bawang, lalu disiram dengan kus soto. Setelah itu baru disiram dengan dengan tauto nya, yaitu kedelai yang telah dimasak dan dihaluskan. Dengan tambahan bumbu kedelai ini, kuahnya bertambah harum dengan cita rasa yang khas.

Rabu, 08 Oktober 2014

Teluk Penyu Cilacap


Pantai teluk penyu merupakan salah satu pantai indah di kota Cilcap. Dulunya, di tempat ini terdapat banyak penyu yang hidup dan berkembang biak, sehingga pantai ini dikenal dengan nama teluk penyu. Sayangnya, sekarang penyu-penyu itu sudah jarang terlihat karena adanya lalu lintas kapal pertamina yang membuat penyu-penyu tersebut tidak mau datang kembali ke sana.

Lokasi Teluk Penyu mudah dijangkau dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Jarkanya sekitar 2 KM dari kota Cilacap ke arah Timur. Pantainya cukup luas, membentang dari utara sampai selatan sekitar 14 hektar dengan hamparan pasir yang luas serta udara sejuk dan ombak pantai selatan yang cukup keras. Tak jauh dari teluk penyu tersebut, kita pun bisa melihat pulau Nusakambangan yang biasanya identik dengan tempat buangan bagi narapidana khusus.

Selain melihat keindahan bentangan pantainya, kita pun bisa memancing atau pun jalan-jalan ke pulau Nusakambangan yang memiliki pantai pasir putih. Hanya dengan naik perahu sewaan yang harganya sekitar 10 ribu – 15 ribuan (karena bbm sekarang mau naik, jadi kemungkinan besar ongkosnya pun bisa naik)/ orang, kita bisa sampai di pantai pasir putih Nusakambangan. Kalau sudah capek berwisata di sana, ada banyak warung-warung makan di sekitar sana yang bisa dicicipi. Ada juga kios-kios suvenir untuk membeli oleh-oleh di sana.

Senin, 06 Oktober 2014

Kawasan Pecinan Semarang



Di masa lalu, Semarang merupakan tempat bertemunya beragam budaya yang jejaknya masih dilihat sampai sekarang. Jika kota lama memiliki nafas atau nuansa kebudayaan Eropa yang kental, di daerah Kauman, kita bisa merasakan suasana budaya Timur Tengah dan Gujarat. Sedangkan di Pecinan, seperti namanya, terdapat gurat jelas jejak dari budaya Tiongkok.

Daerah Pecinan dan Kauman terletak berdampingan, dan sampai sekarang masih ramai serta tetap digunakan untuk kawasan dagang. Di tempat ini, kita bisa menemukan banyak bangunan lama yang berdiri berimpitan, bahkan menyatu antara satu dengan yang lainnya. Walau pun beberapa gedung telah ditinggalkan, tapi banyak juga warga keturunan tionghoa yang tinggal di sana. Kebanyakan berdagang meski tak memungkiri ada juga bekerja di tempat lain.

Selain sebagai kawasan perdagangan, kawasan pecinan juga memiliki beberapa kelenteng. Yang paling terkenal adalah kelenteng Tay Kak Sie yang ada di kawasan pekojan, masuk ke dalam gang Lombok. Sesudah kepindahan warga tionghoa dari simongan, tempat di mana kelenteng Sam Poo Kong berada, Tay Kak Sie didirikan di kawasan pecinan Semarang. Salah satu sebabnya adalah untuk memudahkan peribadatan masyarakat tionghoa waktu itu.

Di era masa kekuasaan Belanda, dulunya kaum tionghoa tidak berada di kawasan pecinan, yang berada di dekat kota lama, melainkan berada di daerah simongan. Simongan terletak di tepi sungai Semarang atau yang sekarang dikenal sebagai kali banjir kanal barat. Di sana merupakan lokasi strategis karena berada di teluk yang menjadi banda besar dengan nama Pragota.

Namun, pada tahun 1740, pemberontakan Cina terhadap pendudukan Belanda yang terjadi di Batavia merembet hingga Semarang. Di sini pun terjadi perlawanan antara masyarakat tionghoa terhadap Belanda, tapi berhasil ditumpas oleh pihak Belanda. Karena itu, untuk memudahkan pengawasan terhadap kaum tionghoa, Belanda pun sengaja memindahkan mereka ke kawasan pecinan yang ada sekarang ini.


Sekarang, setelah jaman kemerdekaan, kawasan ini tetap ramai sebagai kawasan perdagangan. Kita bisa menjumpai toko kain (yang paling terkenal adalah toko jangkrik), toko barang-barang atau alat-alat rumah tangga, toko emas-emasan, sampai toko obat cina seperti klinik pancawarna. Ada juga pasar semawis yang buka tiap hari jum’at, sabtu, minggu, pukul 6 sore sampai malam. Di sini, kita bisa mencicipi kuliner di salah satu jalan di pecinan. Pasar kuliner ini dibuka hampir di sepanjang jalan tersebut dan banyak jenis-jenis makanan yang bisa kita coba.

Pasar Semawis


Pasar Semawis merupakan salah satu pasar kuliner yang ada di kawasan pecinan Semarang. Dulunya, pasar ini hanya ada pada kurun waktu tertentu, tapi sekarang, pasar ini bisa dijumpai pada hari jum’at, sabtu, minggu. Semawis akan dibuka sekitar pukul 6 sore dan berakhir sekitar 23.00 WIB.

Di semawis, kita bisa menemukan berbagai macam makanan. Dari mulai siomay, bakmi, sate, sampai sate daging babi juga ada di sini. Untuk makanan-makanan yang mengandung babi, biasanya sudah ada tulisan khusus, sehingga bagi mereka yang muslim bisa menghindari makanan itu.

Awalnya, Pasar Semawis memiliki nama waroeng semawis. Dulunya, pasar semawis merupakan pasar malam di kawasan pecinan yang diadakan beberapa hari menjelang perayaan Imlek tahun 2004, menyusul ditetapkannya tahun baru Imlek sebagai hari libur nasional. Pasar ini muncul karena ide dari perkumpulan kopi semawis yang merupakan komunitas pecinan semarang untuk wisata.

Berbagai sajian bisa ditemukan di sini Nasi goreng, nasi pecel, nase pela, aneka sate, seafood, soto. Aneka wedhang juga ada seperti wedhang kacang tanah, aneka teh merek tempo doeloe, es conglik. Makanan yang ada di sini sangat disayangkan bila tidak dicoba.
 
 
Blogger Templates