Pages

Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sejarah. Tampilkan semua postingan

Rabu, 22 Oktober 2014

Motif-motif Batik Klasik (1)


Batik Cuwiri
Batik Cuwiri merupakan motif batik yang menggunakan zat pewarna soga alam. Biasanya batik ini digunakan untuk semekan dan kemben, juga digunakan pada saat upacara mitoni. Motif batik ini kebanyakan menggunakan unsur meru dan gurda. Cuwiri sendiri memiliki arti kecil-kecil dan diharapkan untuk pemakainya pantas dan dihormati.


Batik Sekar Jagad
Motif ini mengandung makna kecantikan dan keindahan sehingga orang lain yang melihat akan terpesona. Ada pula yang beranggapan bahwa motif Sekar Jagad sebenarnya berasal dari kata “kar jagad” yang diambil dari bahasa Jawa (Kar=peta; Jagad=dunia), sehingga motif ini juga melambangkan keragaman di seluruh dunia.


Batik Pringgondani
Pringgondani sendiri merupakan  nama kesatriyan tempat tinggal Gatotkaca putera Werkudara. Motif ini biasanya ditampilkan dalam warna-warna gelap seperti biru indigo (biru nila) dan soga-coklat, serta penuh sulur-suluran kecil yang diselingi dengan naga.pringgondani 300x179 Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik


Batik Kawung
Yang menjadi ciri khas dari  motif Kawung adalah berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian. Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu.Kawung Mengenal Berbagai Macam Jenis Batik.

Batik Kawung memiliki makna Filosofi sebagai perlambang harapan agar manusia selalu ingat akan asal-usulnya. Motif Kawung Picis juga melambangkan empat penjuru (pemimpin harus dapat berperan sebagai pengendali perbuatan baik). Juga melambangkan bahwa hati nurani sebagai pusat pengendali nafsu yang terdapat pada diri manusia, sehingga ada keseimbangan pada diri manusia.

Selasa, 21 Oktober 2014

Batik Keraton dan Batik Pesisir



Batik begitu beragam dan kaya akan corak. Setiap corak pada jenis-jenis batik membuat kita bisa mengetahui dari mana asal batik tersebut. Dan tiap-tiap daerah pun memiliki corak khas sendiri-sendiri. Garis besarnya, ada 2 kategori motif batik, yaitu Batik Keraton dan Batik Pesisir. Keduanya memiliki corak dan ciri yang berbeda.

Batik keraton atau bisa disebut juga sebagai batik pedalaman, memiliki kekhasan dalam hal warna. Disebut sebagai batik pedalaman ini dikarenakan letak dari keraton yang ada di tengah-tengah pulau Jawa. Kekhasan dari batik keraton ini adalah motfinya sering kali berwarna dasar putih, dengan corak warna-warna alami atau warna tanah seperti hitam, nila, kuning, coklat, dan warna gelap.

Selain warna, motifnya biasanya juga mengandung berbagai makna filosofi kehidupan. Dalam pemakaiannya, ada beberapa motif yang digunakan untuk kaum tertentu, yaitu keluarga kerajaan, serta beberap amotif yang hanya boleh dipakai untuk upacara tradisional tertentu.

Kemudian batik Pesisir. Seperti namanya, batik pesisir berkembang di daerah-daerah pesisir pantai. Munculnya batik jenis ini akibat masuknya para pedagang dari berbagai kerajaan pada zaman dulu. Pertukaran budaya, keberadaan orang-orang asing di daerah pesisir pun memperngaruhi perkembangan batik di wilayah ini.

Motif yang banyak dijumpai di batik pesisir seperti awan, phoenix, qilin, lotus, peony, dan pola bunga, yang dipengaruhi oleh kebudayaan dari tiongkok. Daerah-daerah pesisir yang mempunyai motif batik khas seperti pekalongan, lasem, cirebon, Tuban, maupun madura. Tiap-tiap daerah ini memiliki ciri khas sendiri pada motifnya.

Perkembangan Batik




Dalam sejarah perkembangannya, batik berkembang sejak jaman Majapahit. Mojokerto merupakan pusat kerajaan Majapahit dimana batik telah dikenal pada saat itu. Tulung Agung merupakan kota di Jawa Timur yang juga tercatat dalam sejarah perbatikan.

Pada waktu itu, Tulung Agung masih berupa rawa-rawa yang dikenal dengan nama Bonorowo, dikuasai oleh Adipati Kalang yang tidak mau tunduk kepada Kerajaan Majapahit hingga terjadilah aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahit. Adipati Kalang tewas dalam pertempuran di sekitar desa Kalangbret dan Tulung Agung berhasil dikuasai oleh Majapahit. Kemudian banyak tentara yang tinggal di wilayah Bonorowo (Tulung Agung) dengan membawa budaya batik. Merekalah yang mengembangkan batik.

Dalam perkembangannya, batik Mojokerto dan Tulung Agung banyak dipengaruhi oleh batik Yogyakarta. Hal ini terjadi karena pada waktu clash tentara kolonial Belanda dengan pasukan Pangeran Diponegoro, sebagian dari pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri ke arah timur di daerah Majan. Oleh karena itu, ciri khas batik Kalangbret dari Mojokerto hampir sama dengan batik Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua.

Kemudian perkembangan batik dalam masa islam, Batoro Katong seorang Raden keturunan kerajaan Majapahit membawa ajaran Islam ke Ponorogo, Jawa Timur. Dalam perkembangan Islam di Ponorogo terdapat sebuah pesantren yang berada di daerah Tegalsari yang diasuh Kyai Hasan Basri.

Kyai Hasan Basri adalah menantu raja Kraton Solo. Batik yang kala itu masih terbatas dalam lingkungan kraton akhirnya membawa batik keluar dari kraton dan berkembang di Ponorogo. Pesantren Tegalsari mendidik anak didiknya untuk menguasai bidang-bidang kepamongan dan agama. Daerah perbatikan lama yang dapat dilihat sekarang adalah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan meluas ke desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut.

Ini hanyalah sedikit cuplikan yang diambil dari berbagai sumber mengenai sejarah perkembangan batik. Kenyataannya, ada begitu banyak daerah yang memiliki andil dalam perkembangan batik, sehingga batik berkembang dari kaya akan ragam serta corak yang mengidentifikasikan mengenai asal daerah pembuatan batik tersebut.

Kamis, 09 Oktober 2014

Dua Sastrawan Indonesia

Banyak sekali Sastrawan-sastrawan di Indonesia yang telah menyumbangkan jerih pikiran mereka di dunia sastra Indonesia. Berikut sedikit biografi maupun judul-judul karya yang saya rangkum dari berbagai sumber.



Taufik Ismail
Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935. Taufiq merupakan salah seorang pendiri Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), dan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta LPKJ tahun 1968. Di ketiga lembaga itu Taufiq mendapat berbagai tugas, yaitu Sekretaris Pelaksana DKJ, Pj. Direktur TIM, dan Rektor LPKJ tahun 1968–1978. 

Setelah berhenti dari tugas itu, Taufiq bekerja di perusahaan swasta, sebagai Manajer Hubungan Luar PT Unilever Indonesia tahun 1978-1990. Pada tahun 1993 Taufiq diundang menjadi pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, Malaysia. Sebagai penyair, Taufiq telah membacakan puisinya di berbagai tempat, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Dalam setiap peristiwa yang bersejarah di Indonesia Taufiq selalu tampil dengan membacakan puisi-puisinya, seperti jatuhnya Rezim Soeharto, peristiwa Trisakti, dan peristiwa Pengeboman Bali.

Hasil karya TAUFIQ ISMAIL
1. Tirani, Birpen KAMI Pusat (1966)
2. Benteng, Litera ( 1966)
3. Buku Tamu Musium Perjuangan, Dewan Kesenian Jakarta -buklet baca puisi tahun 1972
4. Sajak Ladang Jagung, Pustaka Jaya (1974)
5. Kenalkan, Saya Hewan (sajak anak-anak), Aries Lima (1976)
6. Puisi-puisi Langit, Yayasan Ananda (buklet baca puisi) (1990)
7. Tirani dan Benteng, Yayasan Ananda (cetak ulang gabungan) (1993)
8. Prahara Budaya (bersama D.S. Moeljanto), Mizan (1995)

AA Navis
Ali Akbar Navis atau AA Navis adalah seorang sastrawan dan budayawan terkemuka di Indonesia. Karyanya yang paling fenomenal adalah cerita pendek 'Robohnya Surau Kami' yang ia tulis pada 1955. Navis dijuluki sebagai Sang Pencemooh karena tulisannya yang mengandung kritik ceplas-ceplos dan apa adanya. 

Kegiatan tulis menulis telah Navis jalani sejak 1950. Namun hasil karyanya baru mendapat perhatian lima tahun setelah itu. Kumpulan cerpen yang berjudul Robohnya Surau Kami merupakan salah satu karya fenomenalnya yang pertama kali diterbitkan di media cetak tahun 1955. Robohnya Surau Kami juga terpilih menjadi salah satu cerpen terbaik majalah sastra Kisah. Cerpen tersebut menjungkirbalikkan logika awam tentang bagaimana seorang alim justru dimasukkan ke dalam neraka. Karena dengan kealimannya, orang itu melalaikan pekerjaan dunia sehingga tetap menjadi miskin. Dalam hal ini Navis menegaskan bahwa yang roboh itu bukan dalam pengertian fisik, tapi tata nilai, seperti yang terjadi sekarang di negeri ini. 

Sepanjang hidupnya, kakek dari 13 orang cucu ini telah melahirkan ratusan karya, mulai dari cerpen, novel, puisi, cerita anak-anak, sandiwara radio, esai mengenai masalah sosial budaya, hingga penulisan otobiografi dan biografi.  

Pandangan pria berdarah Minang ini mengenai karya sastra yang baik itu adalah keawetan sebuah karya yang dihasilkan. Ia tidak ingin karyanya hanya seperti kereta api, yang mungkin saja bagus akan tetapi hanya sekali lewat dan ada dimana-mana. Ia sendiri mengaku menulis dengan satu visi, yaitu dengan niat bukan untuk mencari ketenaran. Dalam konteks kesusastraan, Navis juga mengemukakan sebuah pandangan bahwa kurikulum pendidikan nasional di Indonesia, mulai dari SD sampai perguruan tinggi, hanya diajarkan untuk menerima, tidak diajarkan untuk mengemukakan pemikiran. Oleh karena itu, terjadi pembodohan terhadap generasi akibat tingkah polah kekuasaan. Menurutnya, dengan memfungsikan pelajaran sastra dalam kurikulum pendidikan nasional, dapat membangkitkan sikap kritis seseorang dan memahami konsep-konsep tentang kehidupan. 

(Diolah dari berbagai sumber)
 
 
Blogger Templates